Jakarta, CDCELSHARQ.ORG – Center for Dialogue and Civilization (CDC) El-Sharq bekerja sama dengan Nusantara Palestina Center (NPC) berhasil mengadakan Webinar live zoom perdana yang digelar pada Sabtu (15/8/2020) di kantor NPC, di Jalan Haji Ali No. 78, Kramat Jati, Jakarta Timur, dengan tema “Mengukur Kesehatan Kondisi Ekonomi Palestina.”

Narasumber dalam acara live zoom tersebut Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Mahmudi dan Jurnalis Tempo, Maria Rita Hasugian, dengan moderator oleh Aktivis CDC Al-Sharq, Libasut Taqwa memberikan banyak informasi mengenai kondisi ekonomi Palestina.

Dalam beberapa dekade ini, kondisi ekonomi Palestina sangat memprihatinkan. Kondisi ekonomi yang memburuk ini merupakan salah satu akibat dari blokade Israel yang dilakukan di wilayah Gaza. Adanya blokade tersebut kemudian menyebabkan menurun drastisnya lapangan pekerjaan, diperparah dengan tingginya angka pengangguran di sana.

Menurut hasil pengkajian Yon Mahmudi, pertumbuhan ekonomi Palestina di Tepi Barat pada tahun 2018 2.3 % dan 2019 1.1 %, sementara di wilayah Gaza 2018 -3.5 % dan pada tahun 2019 0.9 %. 24 % rakyat Palestina hidup dalam kemiskinan dibawah 5.5 $ perhari. Tingkat pengangguran di Gaza pada tahun 2019 sebesar 45.7 % dan Tepi Barat 13.7 %.

Lebih lanjut Pakar Timur Tengah itu juga menjelaskan bahwa kondisi ekonomi Palestina pasca pandemi Covid–19 semakin terpuruk, terdapat sekitar ¼ dari pekerja terancam diPHK. Akibatnya Palestina secara ekonomi bergantung pada Israel dan bantuan luar negeri.

Menyikapi krisis ekonomi yang terjadi Palestina, Maria Rita Hasugian memberikan beberapa masukan yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia, diantaranya:

Pertama, Pemerintah RI segera merealisasikan 61 daftar komoditas yang diajukan Palestina pada tahun 2019 untuk diberlakukan nol tarif bea masuk.

Kedua, Indonesia memberikan tekanan melalui forum internasiaonal terhadap Israel seperti ASEAN, PBB, G20 agar Israel tidak melakukan tekanan terhadap alur pergerakan ekonomi Palestina.

Ketiga, Pemerintah memberi intensif bagi perusahaan yang berinvestasi di Palestina, mengurangi angka pengangguran warga Palestina, mendukung pemberdayaan UKM Palestina, dan memperkuat perekonomian Palestina.

Sementara itu, di akhir acara ini, Yon Mahmudi memberikan solusi untuk mengakhiri krisis ekonomi Palestina, menurut pembacaannya Palestina harus merdeka sehingga akses luar negeri terbuka dan memiliki jalur yang baik untuk kegiatan perekonomian di Palestina, baik darat, laut, maupun udara.

Terakhir, Yon Mahmudi menegaskan komitmen terhadap perjuangan Palestina harus lebih fokus dan terukur baik pada level politik negara maupun pada level NGO, serta saling bersinergi untuk mencari aspek-aspek mana yang perlu dikembangkan.